ZAMAN PERUNDAGIAN
Ø Disebut
seagai masa akhir pra – aksara atau prasejarah.
Ø Diambil
dari bahasa bali dari kata Undagi, yang berarti memiliki keterampilan
tertentu.
Ø Pada
masa perundagian khususnya di Indonesia, terdiri dari dua zaman logam yakni
perunggu dan besi. Manusia purba pada zaman itu mencari bahan logam dengan
melakukan perdagangan internasional, dengan ditemukannya bukti di situs
Manuaba, Gianyar, Bali. Di situs tersebut terdapat pengerjaan pembuatan logam,
namun tidak ditemukan partikel logam di situs itu. Dari tidak ditemukannya
logam di situs tersebut, mengindikasihkan bahwa manusia pada zaman perundagian
melakukan pertukaran internasional atau antar pulau. Kemudian mereka akhirnya
juga menemukan bagaimana cara mendapatkan logam melalui pertambangan, yang
ditemukan bukti Tambang Timah di Kepulauan Bangka, Balitung, dan Riau.
Ø Meskipun
sudah mengenal logam, namun manusia pada masa perundagian masih menggunakan
bahan batu seperti pembuatan gerabah. Karena pada masa perundagian manusia
tidak hanya bergantung pada logam saja, mereka juga menggunakan batu sebagai
bahan pembuatan gerabah. Karena bahan batu itu pun masih dibutuhkan dalam
perjalanan kehidupan manusia pada masa itu. Seperti contoh adanya budaya
megalitik yang dicirikan oleh benda-benda dari bahan batu yang kemudian
merambah ke perkembangan konsepsi kepercayaan pada masa itu.
Lingkungan
Alam
· Lingkungan alam pada masa perundagian
secara umum tidak berbeda dengan keadaan pada saat ini.
· Air laut sudah cukup stabil.
· Gejala alam seperti vulkanisme dan gerakan tektonik tetap berlangsung tetapi intensitas dan dampaknya tidak jauh berbeda dengan kondisi saat ini.
Sosial
Budaya
· Karena sudah mengenal berbagai logam, maka
logam tersebut sudah memiliki lapisan sosial.
· Mereka biasa tinggal berkelompok yang
lebih besar dengan menguasai sebuah wilayah.
· Dipimpin oleh kepala suku, dengan penasihat seorang datuk, kepala suku dengan konsep primus interpres menjadikan kepala suku seperti seorang raja yang harus dipatuhi.
Ekonomi
· Sudah tidak bergantung pada alam, karena
mereka sudah merambah pada sektor pertanian, peternakan, pertukaran, dan
perdagangan. Pada zaman ini manusia juga melakukan perdagangan
dengan jangkauan lebih,luas bahkan antar pulau,sehingga perahu bercadik
memainkan peran penting pada periode ini. Perdagangan dilakukan dengan bertukar
barang atau barter barang,terutama benda yang memiliki nilai magis seperti nekara
serta perhiasan.
· Masih menggunakan sistem barter, yakni
menukar barang yang tidak ada kelompoknya untuk ditukar ke kelompok lain.
· Sektor pertukangan adalah sektor bernilai
tinggi pada saat itu, Karena logam digunakan sebagai alat pertanian, perkakas rumah
tangga dan status sosial.
Teknologi
· Dengan adanya logam, manusia purba mulai
mengusai 2 teknik. yakni, teknik a cire perdue dan bivalve :
- Teknik a cire perdue adalah teknik yang
menggunakan dua keeping cetakan yang terbuat dari batu. Teknik ini merupakan
teknik mencetak peralatan yang tidak menonjol seperti pembuatan kapan corong,
perunggu, nekara, dan bejana perunggu. Teknik ini memiliki kelemahan. Meskipun
dapat dipakai berkali – kali, namun terdapat rongga dalam benda, sehingga tidak
begitu kuat.
- Teknik bivalve adalah teknik yang
menggunakan lilin didalamnya. Teknik ini merupakan sebuah teknik dengan tujuan
membentuk logam rumit seperti arca dan patung perunggu. Kekuatan dari teknik
ini lebih lama untuk digunakan .
· Artefak perunggu mulai ditemukan sekitar
2.000 SM hingga 500 SM pada periode B (Early period III hingga Midlle periode
IV di situs Ban Chiang) (fase Non No Tha) dan level 7 disitus Ban Chiang.
· Bukti-bukti tertua temuan artefak besi dan
perunggu di Indonesia terjadi dalam kurun waktu yang bersamaan yakni sekitar
500 SM.
· Kebudayaan dongson merupakan puncak dari
perkembangan teknologi logam di vietnam utara. Sejarah kebudayaan dan tradisi
di Indonesia, tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan yang berkembang di
kawasan Asia Tenggara,yang salah satunya Kebudayaan Dongson. Karena, masyarakat
Dongson membuat perangkat yang pada masanya spektakuler, misalnya gendang,
kapak, atau perhiasan dari perunggu. Teknologi dan desain peninggalan
kebudayaan ini sendiri meninggalkan jejak pada peradaban di Indonesia. Pengaruh
kebudayaan ini dapat dilihat dari
persebaran peralatan perunggu khas Dongson seperti kapak corong, nekara, arca,
senjata, dan perhiasan. Yang dimana peralatan perunggu tersebut tersebar di
Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, Sumbawa, Rote, Kei, serta Selayar.
· Bukti-bukti adanya pengerjaan artefak
logam di beberapa situs di Indonesia, yang tidak memiliki bahan baku logam
mengidentifikasikan adanya perdagangan antar pulau.
· Yang dimaksud batu - batu untuk keperluan
irigasi adalah batu tersebut digunakan untuk menyumbat air sebagai sistem
pengairan pada sawah atau perkebunan agar air tersebut bisa dibagi secara
merata.
Hasil
Teknologi
· Kapak Perunggu : Terbuat dari perunggu,
digunakan sebagai alat upacara, benda perkakas dan benda pusaka.
· Nekara : Genderang besar yang berfungsi
sebagai alat upacara pemanggilan leluhur dan memanggil hujan, juga status sosial.
Genedang besar sebagai status sosial itu misalnya membuat kelompok
tertentu,yang dianggap kelompok sosial yang paling tinggi,nah pembagian
kelompok sosial ini berdasarkan jumlah kekayaan harta yang mereka miliki.
· Moko : Nekara kecil, yang berfungsi
sebagai alat untuk upacara tarian adat, masa kawin dan simbol status sosial.
· Candrasa : Digunakan untuk pelengkap atau
hiasan pemujaan roh – roh nenek moyang.
· Perhiasan : Berupa manik – manik, terbuat
dari perunggu dan besi.
· Arca Perunggu : Berbentuk manusia dan
hewan, tebuat dari perunggu.
Sistem
Kepercayaan
· Kebudayaan megalitik ini memicu lahirnya
kepercayaan hubungan antara yang masih hidup dan yang sudah mati. Kepercayaan
tentang roh – roh seseorang yang telah meninggal tidak hilang begitu saja namun
mereka masih ada kehidupan di alam lain sendiri, dan muncul juga kepercayaan
bahwa roh – roh manusia masih ada hubungannya dengan manusia yang masih hidup
dan menganggap roh – roh tersebut masih mempunyai pengaruh dengan manusia yang
masih hidup.
· Pada zaman perundagian adalah penemuan Menhir (dicirikan sebongkah batu tegak dengan proporsi bentuk bagian tinggi lebih banyak dibandingkan bagian lebar maupun tebalnya), monolit, dolmen, kursi batu, punden berundak, tembok batu, jalanan batu, batu – batu untuk keperluan irigasi, peti batu, bilik batu, tempayan batu.
· Persebaran berdasarkan penelitian ditemukan bukti mulai dari Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, dan Lampung. Kemudian di Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur. Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Bali, Sumba, Sumbawa, Flores, Timor, Sabu, Maluku dan Papua.
Referensi :
Simanjutak, Truman, and Harry Widianto. 2012. Indonesia dalam Arus Sejarah: Jilid 1. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve. Poesponegoro. 1993.
Sejarah Nasional Indonesia 1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka. Jakarta Sederhana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar